selamat malam kawan..
senang sekali melihat keramaian pestaku.
maaf kali ini tak ada hidangan besar, tak ada juga warna-warni dan kerlip lampu.
aku malah menyuguhkan lampu temaram dengan wajah sendu
semalam aku mengirim surat ke ibuku melalui udara dan sunyi malam
bekeluh kesah tentang hidup dan usiaku yang terus saja dimakan jaman.
biasanya ibu tak pernah mebalas surat-suratku, tapi kali ini sungguh sangat mengejutkan.
ibu mengirimiku surat..
begini isinya
putriku.. tak terasa waktu terus berlalu menghabiskan siang dan malam yang tak pernah lelah berganti.
tak terasa sikecil yang dulu ditimang dan tertatih untuk berjalan kini sudah pandai berlari bahkan mungkin sudah berani untuk terbang.
ibunda disini nak..akan selalu disini menemani.aku masih ingat hari ini adalah malam dimana tangisan pertamamu menggema dunia,
hari ini malam pertama dimana kamu mulai menghirup udara, hari ini malam pertama dan kita akan menari bersama dalam alunan melodi sayu.
mari menari diiringi ayat-ayat doa dan harapan.
harapan akan masa depan yang cerah, walau langit sudah lupa memberi cerah
tetaplah berdiri tegak, tak usah hiraukan angin badai yang menerjang.
aku disini nak..bersama doaku dimalam pertama saat tangismu memecah dunia
selamat ulang tahun
mmm.. ini kejutan untukku sekaligus hadiah yang tak terlupa.
terimakasih..
Oktober 21, 2010
SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
chairil anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
chairil anwar
Oktober 20, 2010
surat untuk ibu
bu,,aku putri kecilmu yang dulu kau timang setiap kali aku menangis merasakan sesuatu. aku putrimu yang sekarang sudah hampir beranjak dewasa. usiaku akan bertambah setiap tahunnya begitupun ibu.
terkadang aku sombong bahwa suatu hari nanti aku akan hidup sendiri tanpa bayanganmu.namun saat masalah membelenggu lagi-lagi aku lari ke pelukanmu. bu..aku sangat takut sendiri, takut tak bisa lagi memelukmu. takut tak bisa lagi mencium aroma khas tubuhmu, takut tak bisa lagi mencium lembut tangan dan keningmu.
aku rapuh..sendiri disini, aku ingin membawamu pergi. aku, ibu dan adik kecilku.. bertiga saja menjalani hidup. aku percaya kita mampu.
bu,,aku tidak pernah membayangkan semua ini begitu berat. sendiri di hiruk-pikuk kota besar. aku menjadi pengecut yang tak pernah berani hadapi apapun.menghadapimu saja aku ragu..
aku lelah hidup seperti ini. aku ingin pulang.. tapi aku tak sanggup untuk melangkah pulang, aku takut terjepit oleh sudut-sudut yang terus menerorku. tapi aku rindu padamu.. rindu dipelukmu. bu.. aku belum sempurna menjagamu, aku ingin menjagamu dan lupakan semua mimpi-mimpiku
teringat saat aku kecil dulu..saat hidup begitu sulit untuk ditaklukan. di dapur sempit rumah kontrakan kita. kau berjongkok didepan kompor minyak menggoreng keripik untuk dijual dan ibu masih setia meladeniku yang tak pernah mau berhenti bertanya.saat itu kita hanya berdua bu..tapi kita mampu! masih ada tawa dalam rumah sempit kita itu. ketika usiaku lima tahun dan mulai memasuki masa-masa pertama sekolah, aku ingat betul begitu marahnya ibu saat aku memutuskan untuk kembali kerumah sendiri, aku berlari ke kolong meja menghindari sapumu.sekarang aku tertawa jika mengingat itu dan aku tahu betapa khawatirnya dirimu.
sekarang aku beranjak dewasa, dan aku benci ketika dinamika kehidupan aku dan ibu berubah, aku rindukan masa-masa saat waktu menjadi milik kita berdua. biar saja ayah tenang disana.saya benar-benar bingung menjadi dewasa dan ikut memutuskan hidup yang akan kau jalani nanti. bu,, dalam diam dan ketidakperdulianku sesungguhnya aku menyayangimu, dalam tawa riangku disini aku memendam kekhawatiran yang sangat, aku mohon..maafkan segala ketidaksempurnaan putrimu ini. maaf tidak sempurna menjagamu. kalau saja bisa aku ingin terbang pulang dan mendekapmu.
aku menyanyangimu..
terkadang aku sombong bahwa suatu hari nanti aku akan hidup sendiri tanpa bayanganmu.namun saat masalah membelenggu lagi-lagi aku lari ke pelukanmu. bu..aku sangat takut sendiri, takut tak bisa lagi memelukmu. takut tak bisa lagi mencium aroma khas tubuhmu, takut tak bisa lagi mencium lembut tangan dan keningmu.
aku rapuh..sendiri disini, aku ingin membawamu pergi. aku, ibu dan adik kecilku.. bertiga saja menjalani hidup. aku percaya kita mampu.
bu,,aku tidak pernah membayangkan semua ini begitu berat. sendiri di hiruk-pikuk kota besar. aku menjadi pengecut yang tak pernah berani hadapi apapun.menghadapimu saja aku ragu..
aku lelah hidup seperti ini. aku ingin pulang.. tapi aku tak sanggup untuk melangkah pulang, aku takut terjepit oleh sudut-sudut yang terus menerorku. tapi aku rindu padamu.. rindu dipelukmu. bu.. aku belum sempurna menjagamu, aku ingin menjagamu dan lupakan semua mimpi-mimpiku
teringat saat aku kecil dulu..saat hidup begitu sulit untuk ditaklukan. di dapur sempit rumah kontrakan kita. kau berjongkok didepan kompor minyak menggoreng keripik untuk dijual dan ibu masih setia meladeniku yang tak pernah mau berhenti bertanya.saat itu kita hanya berdua bu..tapi kita mampu! masih ada tawa dalam rumah sempit kita itu. ketika usiaku lima tahun dan mulai memasuki masa-masa pertama sekolah, aku ingat betul begitu marahnya ibu saat aku memutuskan untuk kembali kerumah sendiri, aku berlari ke kolong meja menghindari sapumu.sekarang aku tertawa jika mengingat itu dan aku tahu betapa khawatirnya dirimu.
sekarang aku beranjak dewasa, dan aku benci ketika dinamika kehidupan aku dan ibu berubah, aku rindukan masa-masa saat waktu menjadi milik kita berdua. biar saja ayah tenang disana.saya benar-benar bingung menjadi dewasa dan ikut memutuskan hidup yang akan kau jalani nanti. bu,, dalam diam dan ketidakperdulianku sesungguhnya aku menyayangimu, dalam tawa riangku disini aku memendam kekhawatiran yang sangat, aku mohon..maafkan segala ketidaksempurnaan putrimu ini. maaf tidak sempurna menjagamu. kalau saja bisa aku ingin terbang pulang dan mendekapmu.
aku menyanyangimu..
Langganan:
Postingan (Atom)